Sunday, November 24, 2013

Indonesia Mengatur Dunia

Kisah Nyata Percakapan Orang Indonesia Di Luar Negeri 

Suatu pagi, kami jemput Client, orang tsb sudah tua. Bapak ini seorang pengusaha asal Singapura, logat bicaranya gaya melayu & english, beliau menceritakan pengalaman hidupnya pd kami : "your country is so rich!" (Negaramu sangat kaya) Dalam hatiku : "Ah biasa banget denger kalimat itu" 
Tapi tunggu, dia berkata: "Indonesia doesn't need the world, but theworld needs Indonesia,". "Everything can be found here in Indonesia, you don't need the world." (Dunia yg butuh
indonesia, bukan sebaliknya) 

Indonesia paru- paru dunia.Tebang saja hutan di Kalimantan,dunia pasti kacau. 
Singapura is nothing,we can't be rich without Indonesia. 500rb org Indonesia berlibur ke Singapura tiap bulan. Bisa terbayang uang yg masuk ke kami,apartemen2 terbaru kami yg beli orang2 Indonesia, tdk peduli hargas elangit,laku keras. Lihatlah RS kami,isinya Indonesia semua.
Trus,kalian tau bagaimana kalapnya pemerintah kami ketika asap kebakaran hutan Indonesia masuk? Sangat terasa,we are nothing! Kalian tau kan kalo kemarin dunia krisis beras.Termasuk di Singapura
&Malaysia? Kalian di Indonesia dengan mudah dpt beras. Liatlah negara kalian,air bersih di mana2, liatlah negara kami,air bersih pun kami impor dari Malaysia. Saya ke Kalimantan pun dlm rangka
bisnis, krn pasirnya mengandung permata. Terliat glitter kalo ada matahari bersinar.
Penambang jual cuma Rp 3rb/kg ke pabrik China, si pabrik jual kembali seharga Rp 30rb/kg. Kalian sadar tdk kalau negara2 lain selalu takut mengembargo Indonesia! Ya, karena negara kalian memiliki segalanya. Mereka takut kalau kalian manjadi mandiri, makanya tdk diembargo. Harusnya
KALIANLAH YG MENG- EMBARGO DIRI KALIAN SENDIRI. Belilah pangan dr petani2
kita sendiri, belilah tekstil garmen dari pabrik2 sendiri. Tak perlu impor kalau bisa produk sendiri. Jika kalian bisa mandiri,bisa MENGEMBARGO DIRI SENDIRI, INDONESIA WILL RULE THE
WORLD!! (Indonesia akan mengatur
dunia) 

Share biar sampe ke seluruh bangsa Indonesia!
Read more ...
Saturday, December 8, 2012

MENPORA ANDI ALFIAN MALARANGENG MUNDUR AKIBAT DARI NAZARUDDIN EFFECT SIAPA MENYUSUL.....?

Photobucket
Melihat dan menyikapi perkembangan perpolitikan negeri kita akhir2 ini sungguh membuat bulu kuduk berdiri di mana kejamnya politik tersuguh vulgar di hadapan kita semua, " tidak ada yang abadi yang abadi hanyalah kepentingan " itulah kiasan politik yang sering kita dengar dan sering kita lihat sehari - hari di Negeri kita Indonesia.
Semua mungkin masih ingat dalam ingatan bahwa hal ini bermula dari terbongkarnya kasus si bendahara partai besar yang berkuasa di negeri kita yaitu Partai Demokrat dalam kasus mega korupsi Wisma Atlet yaitu Nazzarudin dan dari situlah semua bermula dan di mulailah berguguranya Jiwa - jiwa Pamomong satu persatu untuk mempertanggung jawabkan Amanah yang di berikan Negara kepada mereka tetapi di selewengkan.
Dan akankah NAZZARUDIN EFFECT akan menjadi momentum dari pembersihan para pemimpin yang tidak amanah, semoga benar.
Dan pada hari - hari terakhir ini sdh kita lihat bersama dan dengar bersama keganasan dari NAZZARUDIN EFFECT meminta lagi tumbal jiwa Pamomong yang harus GUGUR dengan di tetapkannya Menteri Olah Raga Andi Alfian Malarangeng sebagai tersangka dalam Kasus Korupsi Hambalang oleh KPK ( Komisi Pemberantasan Korupsi ). Dan hebatnya lagi inilah pertama dalam dunia politik Indonesia bahwa seorang menteri aktif di jadikan tersangka.
Suatu pencapaian tertinggi bagi KPK dalam ketegasannya memberantas korupsi Semoga KPK selalu garang, tidak tebang pilih,benar dan adil dalam pemberantasan Korupsi yang sdh menjadi Budaya baru di Indonesia.

Apresiasi Khusus di tujukan kepada Beliau Bpk Andi Alfian Malarangeng dengan di tetapkan status sebagai tersangka dalam kasus korupsi Hambalang  langsung mengundurkan diri sebagai menteri, terlepas benar dan salah nanti pengadilan yang menentukannya.
Dalam kasus ini juga menjadi FENOMENA BARU dalam penegakan hukum di negeri kita apakah Nurani yang bicara ataukah kepentingan sesaat yang di wakilinya....tanyakan pada rumput yang bergoyang atau tanyakan langsung kepada beliaunya.
Yang jelas dgn mundurnya sebagai pemimpin atau pamomong seakan - akan memunculkan gerakan bahwa penegakan hukum harus benar - benar di jalankan oleh yang berwenang dan tidak ada tebang pilih. Dalam hal ini juga bisa di jadikan contoh bagi para pemimpin atau pejabat yang tersangkut perkara korupsi ataupun perkara kriminal lainnya agar bisanya mundur atau meletakan Amanah yang telah di percayakan kepadanya.Semoga menjadi awal yang baik untuk menjadikan hukum bertaring dan hukum benar - benar di tegakkan.
Semoga masih ada Hati nurani buat para penegak hukum republik ini, dan semoga juga tidak ada penegak hukum yang berkata

"Saya gak pernah liat atau mau tau apa kasusmu tapi taruh saja uang di timbangan ini yang paling banyak dia yang menang mau protes akan saya tebas dengan pedang ini"

Pidato lengkap pengunduran diri Menpora Bpk Alfian Andi Malarangeng :


Assalamualaikum Wr Wb.

Salam sejahtera bagi kita semua, salam olahraga
Saudara-saudara,
Sehubungan dengan pengumuman penetapan KPK tentang pencekalan saya kemarin tanggal 6 Desember 2012, - jadi kalau saya katakan pengumuman, karena sampai sekarang saya belum menerima suratnya. Karena itu juga statusnya apa, yang saya dapatkan dari media massa adalah pengumuman tentang penetapan KPK tentang pecekalan diri saya kemarin. Bagi saya, pencekalan itu sediri sudah cukup untuk membuat keputusan.

Maka tadi pagi saya telah menghadap Bapak Presiden RI dan mengajukan surat pengunduran diri saya sebagai Menpora yang mulai berlaku hari ini. Tadi saya bertemu dengan Bapak Presiden SBY, bersama Bapak Wakil Presiden, dan juga didampingi Bapak Menko Kesra dan Menseskab di Kantor Presiden. Saya menjelaskan kepada beliau mengenai situasi yang terkait dengan saya dan beliau memahami penjelasan saya serta menerima pengunduran diri tersebut.

Bagi saya, jabatan adalah amanah dan pengabdian. Saya ingin membantu Presiden SBY untuk menjalankan pemerintahan dan memajukan Indonesia. Tapi dengan diumumkannya pencekalan saya oleh KPK, saya tidak mungkin lagi bisa menjalankan tugas-tugas saya sebagai menteri dengan efektif. Saya juga tidak ingin menjadi beban bagi Bapak Presiden dan Kabinet Indonesia Bersatu II. Roda pemerintahan harus tetap jalan dengan baik. Persoalan hukum yang terkait dengan saya adalah tanggung jawab saya pribadi yang akan saya hadapi dengan sebaik-baiknya.

Saya menghormati keputusan KPK dan serta akan mengikuti apa pun proses hukum yang diperlukan nantinya. Sejak awal, saya selalu menekankan bahwa saya dan seluruh jajaran Kemenpora siap bekerja sama penuh dalam proses hukum untuk menentukan kasus Hambalang ini. Saya harap kasus ini segera dituntaskan, agar duduk perkaranya menjadi jelas. Siapa pun yang bersalah, harus bertanggung jawab secara hukum. Namun, mereka yang tidak bersaah, harus pula dinyatakan tidak bersalah.

Saya yakin bahwa dugaan terhadap saya yang banyak dilontarkan di media massa adalah tidak benar. Selama jadi menteri, serta sepanjang karir profesional saya, saya selalu berusaha menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya dan selurus-lurusnya. Sejak mahasiswa, saya ikut menyuarakan perlunya pemerintahan yang bersih, baik dan berwibawa. Sampai hari ini, idealisme tersebut masih terus saya pegang teguh.

Mulai besok, saya akan berkonsentrasi untuk mempersiapkan diri mengikuti proses hukum, kalau perlu sampai ke pengadilan. Saya masih percaya bahwa pengadilan di negeri kita adalah tempat mencari keadilan dan kebenaran. Menyangkut diri saya, insya Allah, pada waktunya nanti kebenaran dan keadilan akan terungkap dengan seterang-terangnya.

Pada kesempatan ini, dari hati yang tulus, saya berterima kasih kepada bapak Presiden dan Wakil Presiden atas kepercayaan dan bimbingannya yang diberikan kepada saya selama ini. Saya juga berterima kasih atas kerja sama erat seluruh jajaran Kabinet Indonesia Bersatu II, mitra kerja Kemenpora, para atlet, pelatih insan olahraga serta para pemuda, dan pramuka di seluruh tanah air. Juga saya berterima kasih bagi kerja sama teman-teman media semua , yang selama ini meliput di Kemenpora, maupun yang berada di luar Kemenpora.

Secara khusus kepada seluruh staf karyawan, jajaran kepemimpinan Kemenpora yang telah membantu tugas-tugas saya selama ini, saya menyampaikan apresiasi dan penghargaan setinggi-tingginya. Teruskan perjuangan Kemenpora dalam mempersiapkan pemuda Indonesia untuk menjadi manusia yang utuh berkarakter, produktif dan siap bersaing dengan pemuda bangsa lain. Teruskan tekad kita agar dunia olahraga Indonesia mampu mengharumkan nama bangsa Indonesia di mata dunia. Kepada para sahabat yang telah membantu, saya juga menyampaikan terima kasih dari hati yang tulus.

Akhirnya saya memohon maaf, memohon maaf kepada semua pihak, jika ada kesalahan, baik yang saya sengaja = maupun tidak. Di atas segala-galanya, saya berharap bahwa dari kasus Hambalang ini, apa pun nanti kesimpulan akhirnya, kita semua dapat mengambil pelajaran yang berharga untuk membangun tata pemerintahan dan negeri yang lebih baik lagi di masa depan.

Juga sebelum saya mengakhiri press conference ini, saya juga menyampaikan, dalam kapasitas saya sebagai pengurus Partai Demokrat, saya juga tadi pada kesempatan yang sama, saya menyampaikan kepada Pak SBY sebagai ketua dewan pembina dan ketua majelis tinggi Partai Demokrat, bahwa saya juga mengajukan permohonan diri untuk mengundurkan diri dari jabatan saya sebagai sekretaris dan anggota Dewa Pembina serta sekretaris dan anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat. Dan alhamdulillah, Beliau menerima dengan baik.

Demikianlah, saudara-saudara terima kasih atas perhatian Anda

Wassalamualaikum Wr Wb


Lereng Lawu Timur, 08-12-12


Read more ...
Friday, November 16, 2012

WONG JOWO ILANG JOWONE

APA sebenarnya kekayaan orang Jawa? Rukun dan urmat! Rukun terhadap dirinya sendiri, dan rukun terhadap orang lain. Hormat terhadap diri sendiri, dan terhadap orang lain. Rukun terhadap diri sendiri diartikan sebagai tahu diri, bisa rumangsa, bisa menempatkan diri. Dan, rukun terhadap orang lain sesungguhnya bisa diartikan sebagai kemampuan menahan diri dan merupakan bentuk penghormatan terhadap liyan agar tidak timbul konflik.

Hormat terhadap diri sendiri bisa diartikan sebagai kemampuan menjaga diri secara fisik, mental, intelektual dan spiritual yang ditunjukkan dalam sikap hati. Ketidakmampuan menghormati diri sendiri, besar kemungkinan tidak bisa mengormati orang lain. Karena itu, menghormati diri sendiri, tidak diartikan sebagai menempatkan diri di atas orang lain. Justru sebaliknya, menghormati diri sendiri itu diekspresikan dalam bentuk rendah hati. Adapun rukun terhadap orang lain, lebih memberikan ruang lebih luas untuk menghormati orang lain dengan segala keberadaannya. Tepa slira!

Pertanyaannya adalah, apakah dua hal tersebut masih ada dalam diri orang Jawa? Rasanya sangat melemah. Rukun, tidak mudah lagi ditemukan dalam banyak format pergaulan. Dalam berbangsa dan bernegara, di mana kita melihat kerukunan? Hanya pada saat ada kepentingan yang sangat mengaitkan. Jika tidak, maka keadaan sudah berpindah ke suasana kamu dan saya memang berbeda, termasuk berbeda kepentingan. Rukun terhadap diri sendiri? Adakah kemampuan yang kuat pada diri setiap individu mencoba bertahan dengan kata hatinya, bukan nafsunya. Korupsi adalah bentuk paling mencolok dari individu yang tidak bisa rukun dan hormat terhadap diri sendiri.

Ketika Jawa sudah tidak lagi punya dua hal itu, rukun dan hormat, sebenarnya suku ini sudah habis secara budaya. Peradaban telah mati. Kini muncul peradaban lain yang sedang mencari bentuk, yang barangkali ramuan dari berbagai budaya. Mau berunjuk rukun adalah sikap hati, sehingga jika yang ini tidak ada lagi maka orang jawa sudah kehilangan hatinya? Sama hal ketika orang Jawa tidak lagi hormat terhadap keberadaan liyan, maka peradaban itu telah sirna. Kenapa? Karena, dengan memiliki sikap hormat terhadap diri sendiri dan orang lain, maka akan muncul kerukunan.

Solusinya, orang Jawa harus mengenali kembali keberadaannya, dengan menempatkan rukun dan hormat itu sebagai sikap moral. Dua hal ini sebenarnya merupakan tiang peradaban. Karena itu jika tidak lagi dimiliki maka Jawa sebenarnya sudah habis secara budaya. Dan, semua produk yang masih dinikmati sekarang adalah produk masa lalu. Orang Jawa sekarang tidak lagi memiliki peradaban, apalagi memproduksi kebudayaan. Untuk bisa memproduksi harus memiliki peradaban.

Lalu harus dimulai dari mana? Ada tiga ruang besar yang masing-masing bisa memberikan kontribusi. Ruang pertama, tentu ruang yang disebut rumah. Prinsip rukun dan hormat harus mewarnai setiap rumah orang Jawa. Ada “unggah-ungguh” di masing-masing posisi, baik sebagai orang tua, anak, saudara, dan pembantu di dalam rumah. Sekarang ini, jika Anda mengaku orang Jawa, masih adakah tata krama yang dijaga penuh disiplin? Saya tidak yakin itu masih.

Kedua, ruang besar yang disebut sekolah. Hubungan tradisional antara guru-murid sama-sama lahir dari peradaban Jawa yang sudah berubah. Relasi antara mereka sudah berada di dalam tata krama yang berbeda, sehingga sudah sangat cair dan egaliter. Relasi seperti ini tentu belum sepenuhnya diterima, tetapi juga tidak ditolak. Barangkali, penerimaan peradaban baru masih setengah hati dan mencari bentuk.

Ketiga, ruang besar di lingkungan masyarakat. Perilaku baik yang seperti apa yang bisa ditimba dari lingkungan masyarakat sekarang ini. Apakah kita bisa menimba perilaku yang konon sangat disiplin dari polisi di jalanan, jaksa dan hakim di pengadilan? Apakah kita masih bisa menimba perilaku yang santun dari semua kiai, pendeta dan guru agama? Ataukah kita masih bisa menimba pembela kepentingan rakyat dari para politikus, dan lain-lain? Jika, jawabannya tidak, maka selesailah peradaban itu. Tetapi, jika jawaban masih abu-abu barangkali masih bisa berharap. Tetapi, jawaban yang muncul pasti tidak semua bisa memenuhi kriteria jawaban. Ya kita bisa belajar dari mereka!

Sumber : Wo Bende
Read more ...
Saturday, October 27, 2012

AWAL INDONESIA MENJADI DUA MERAH DAN PUTIH

Kenapa simbol merah dan putih selalu melekat dalam benak kita khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya serta selalu menjadi simbol dari kemarahan dan kesabaran, kebaikan dan kejahatan serta simbol simbol yang lain dari isi dunia ini yang memang hanya terbagi menjadi dua. Di Dalam masyarakat Jawa juga di kenal adanya Jenang Sengkolo yaitu sebuah masakan yang berupa jenang atau bubur berwarna merah putih, masakan ini selalu di buat setiap adanya kegiatan selamatan atau kegiatan yang sifatnya massal baik oleh pribadi maupun kelompok, Jenang Sengkolo mengandung maksud bahwansanya kita agar selalu di jauhkan dari sengkolo/malapetaka dan selalu di beri keselamatan, Sejak dulu warna merah dan putih ini oleh orang Jawa digunakan untuk upacara selamatan kandungan bayi sesudah berusia empat bulan di dalam rahim berupa bubur yang diberi pewarna merah sebagian. Orang Jawa percaya bahwa kehamilan dimulai sejak bersatunya unsur merah sebagai lambang ibu, yaitu darah yang tumpah ketika sang jabang bayi lahir, dan unsur putih sebagai lambang ayah, yang ditanam di gua garba. Jaman Kerajaan Mojopahit yang sdh masyhur di seluruh nuswantoro dulupun merah putih sudah di pakai sebagai umbul - umbul kerajaan atau panji panji kebesaran Mojopahit.
Awal Indonesia Menjadi dua Bagian Merah dan Bagian Putih Mungkin sekarang awal akan terjadinya dua bagian tersebut dengan menyimak keadaan negara kita sekarang di mana putih sudah  menjadi minoritas di dalam mayoritas merah. Dengan di buktikan banyaknya para pejabat negara yang menyelewengkan aturan2 yang telah di buat, banyak korupsi, banyak pemimpin atau pamomong yang sdh tidak amanah, banyaknya demontrasi, pertikaian antar suku,ras dan agama serta kejadian2 lainnya yang mana simbol putih sebagai kesabaran dan kebaikan sudah hilang dan simbol merah sebagai emosi dan kejahatan yang selalu muncul.Bahkan  jaman sekarang budaya santun dan budaya ketimuran yang terkenal itupun sudah lenyap.
Dan seperti juga  kata Anak INDIGO atau Anak NILA yang Meramalkan bahwasanya Indonesia akan pecah menjadi 2 bagian , yaitu bagian merah dan bagian putih. Dan bila melihat kejadian - tersebut di atas kita tidak bisa menyangkal bahwa itu benar2 akan terjadi. Konsekwensi dari Merah dan Putih bila terjadi tetapi dalam arti kebaikan dan kejahatan adalah bencana yang akan melanda dan perpecahan antar suku yang akan memunculkan pertikaian sosial yang akan memakan banyak korban saudara kita sendiri..
Semoga hal buruk dan prahara yang menimpa Bangsa kita tidak akan terjadi bila semua elemen menjadi balance ( seimbang )  yang buruk maupun yang baik, karena keburukanpun tidak akan bisa di hapus dari muka bumi ini dan sudah menjadi takdir serta  kodrat bahwa ada baik dan ada buruk.
Atau ini tanda akan munculnya seorang pemimpin yang tersurat dalam ramalan Joyoboyo yaitu Satrio Piningit atau Ratu Adil dengan di awali banyaknya kejadian besar yang memakan korban tidak sedikit, banyak huru hara, banyak bencana alam dan banyak hal2 lain yang menyimbulkan bagian merah dan bagian putih ( Jaman Kolobendu )


Bait syair lagu di bawah ini mungkin cocok untuk menggambarkan keadaan Indonesia sekarang : 

KIDUNG ATI TANGISE BUMI

Bumine nangis, Eluhe lumpur agawe giris
Bumine nesu watuk-watuk ndadekake lindhu
Bumi wis tuwa jare kiyamat wis arep teka
Iki pratandha bendune sing Maha Kuwasa.
Bumine sambat gununge gundhul alase dibabat
Bumi lara ati banjir bandhang anggegirisi
Ujare wong pinter alas sing subur minangka pager
Pagering bumi murih alam tetep lestari.
Aduh Gusti kula nyuwun pangapura
Kula niki sampun kathah dosa
Aduh Gusti Ingkang Maha Kuasa
Nyuwun luwar saking godha pangrencana.
Pra sedulur Tunggal Nusa Tunggal Bangsa
Aja conkrah lan aja sulaya
Bareng urip golek dalan padhang
Sujud sukur wonten ngarsane Pangeran.
Kidung ati pangruwat Bangsa sak Nagari
Mangga ndedonga dahuru inggala sirna
Cancut gumregut bebarengan mbangun Praja
Lestarekna alam murih bumine ora murka.
Disadur saking lirik lagu Kidung Ati Tangise Bumi,

Karya Yhady’s
Read more ...
Saturday, August 11, 2012

Ketupat Sebagai Semangat Agustus


Bulan Agustus ini akan penuh dengan Semangat Kemerdekaan dan Hikmah Idul Fitri. Karena bulan ini bertepatan dengan 2 hari besar yang spesial untuk Indonesia, yaitu Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-67 dan Idul Fitri 1433 H.

Alhamdulillah, kita bisa berjumpa lagi dengan bulan yang agung yaitu bulan Ramadhan, bulan di mana waktunya menanam kebaikan; berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan. Maka, bulan ini sangat tepat untuk menghapus lumpur-lumpur kemaksiatan politik maupun sosial yang sudah diperbuat. Melepas topeng keberpuraan dan kemunafikan selama ini sebagai politik pencitraan. Itulah salah satu poin penting yang harus direnungkan bersama.

Arti Kupat dan Maknanya

Sebagaimana arti dari  kupat  yang berarti laku sing papat atau empat keadaan yang telah Tuhan anugerahkan kepada orang2 yang telah melakukan puasa dengan keikhlasan dan kesungguhan, anugerah itu lebar,lebur,luber dan labur.

Lebar berarti telah menyelesaikan puasanya dengan melegakan.  
Lebur berarti terhapus semua dosa yang dilakukan di masa lalu,  
Luber berarti melimpah ruah pahala amal-amalnya.
Dan Labur berarti bersih dirinya dan cerah-bercahaya wajah dan hatinya.

Manusia akan bisa meraih 'laku sing papat' jika bisa bersikap dan berperilaku lembut dan santun terhadap sesama umat tetapi sekaligus tegas dan berani melawan ketidakadilan. Masing-masing hati nurani yang dapat menentukan apakah berpuasa untuk meraih “laku sing papat” ataukah hanya sekedar basa-basi agar tercitrakan sebagai orang yang saleh.

Dan Janur, sebagai bungkus mempunyai makna atau simbol sebagai sejatinung nur. Cahaya yang sejati. Semua anugerah, bisa menjadi labur, bercahaya wajah dan hatinya, karena mendapat limpahan cahaya yang sejati dari Tuhan. Sebagai perwujudan sifat Maha Pengasih dan Penyayang. Menjadikan jiwa kita merasakan kebahagiaan yang hakiki. Sebuah kebahagiaan yang akan tercapai jika kita suka berbagi ke sesama manusia. Menjadi insan yang rahmatan lil alamin. Rahmat bagi semesta, memuliakan manusia tanpa memandang suku, agama, dan ras.

Makna Merdeka Yang Agung

Ketika pada tahun 1945 pada saat di proklamasikan kemerdekaan Indonesia juga bertepatan dengan Bulan Ramadhan, semua rakyat bersuka cita dalam kegembiraan dan keterharuan yang mendalam bahwa cita - cita itu telah di raih.Dan kemerdekaan itu hasil dari puasa seluruh rakyat  Indonesia yang telah ratusan tahun berjuang melawan para penjajah.

Dan mungkin hal itu terasakan pada saat sekarang di mana kita selesai melakukan ibadah puasa dan di akhiri dengan perayaan hari Kemerdekaan Indonesia.Akan tetapi apakah manisnya puasa (kemerdekaan ) itu dapat kita rasakan sepenuhnya saat ini ? Berbagai masalah mendera negeri ini, mulai dari korupsi yang sdh mengakar di segala lini dan sendi, nepotisme yang sdh menjamur dengan suburnya, kemiskinan yang makin meningkat tiap tahun, mafia hukum yang tidak berpihak pada keadilan, perpecahan antar agama dan suku dan berbagai permasalah besar yang pada akhirnya akan membawa rakyat Indonesia  kembali di ajak atau di paksa untuk berpuasa kembali, melawan segala tetek bengek permasalahan yang ada tersebut.


Tiap tahun rutin kita melakukan ibadah puasa selama satu bulan penuh akan tetapi untuk sebelas bulan beikutnya kita lupa dan alpa. Puasa kita tak memberikan kemerdekaan bagi sekeliling kita, karena puasa kita hanya sebatas lapar dan dahaga. Atau kita berpuasa agar dipuji atasan demi karier pekerjaan. Kita puasa sebagai politik pencitraan. Sayangnya, kita tidak “bermesraan” atau introspeksi diri dihadapan Tuhan. Andaikata pemimpin negeri ini memberikan sabda; puasa sebagai kebijakan nasional, boleh jadi, kemerdekaan yang sesungguhnya akan kita raih. “Mulailah dengan apa yang benar, bukan dengan apa yang bisa diterima,” kata Sastrawan Jerman Franz Kafka (1883-1924). Maka, untuk menuju kemerdekaan hakiki, baik diri dan bangsa, kita harus menjadikan Ramadhan sebagai momentum latihan memperbaiki diri dan melawan musuh untuk merdeka.

Dan pada akhirnya makna dari ketupat atau kupat akan menjadikan bangsa ini akan lebih mengerti makna dari merdeka yang sesungguhnya.  Bangsa ini harus mau belajar membersihkan visi kerakyatannya yang selama ini belum bersih akibat debu korupsi dan kekuasaan. 

Semoga Ketupat Sebagai Semangat Agustus termaknai dengan lebar,lebur,luber dan labur sebagai anugerah Tuhan bisa di rasakan seluruh rakyat Indonesia 

DIRGAHAYU NEGERIKU 


Read more ...
Tuesday, July 24, 2012

KARAKTER KHAS SUKU JAWA DENGAN TRADISI TRADISINYA


Suku Jawa merupakan salah satu suku terbesar yang berdiam di negara Indonesia. Sebagai buktinya, kemana pun Anda melangkah kan kaki ke bagian pelosok penjuru negeri ini, Anda pasti akan menemukan suku-suku Jawa yang mendiami kawasan tersebut meskipun terkadang jumlahnya minorotas,dengan kata lain di mana  ada kehidupan di seluruh Indonesia Orang Jawa selalu ada.
Suku Jawa hidup dalam lingkungan adat istiadat yang sangat kental. Adat istiadat Suku Jawa masih sering digunakan dalam berbagai kegiatan masyarakat. Mulai masa-masa kehamilan hingga kematian. Di dalam hal ini di manapun Suku Jawa berada akan selalu dilaksanakan dan di jadkan  Ugeman atau Pathokan dalam kehidupannya.
Banyak yang bisa di gali dari literatur literatur yang sdh ada bahwa suku jawa punya banyak keaneka ragaman ciri khas dan budaya beserta tradisi tradisinya
Dan bila kita seumpama sebagai suku lain  yang ada di Indonesia akan sangat dengan mudahnya berinteraksi dengan suku jawa di karenakan suku ini mempunyai sifat dan karakter yang sangat santun dalam bermasyarakat dengan di terimanya  suku Jawa sebagai bagian dari anggota masyarakat oleh  suku lain di seluruh Indonesia. 
 
Sifat dan Karakter Orang Jawa
Suku jawa diidentikkan dengan berbagai sikap sopan, segan, menyembunyikan perasaan alias tidak suka langsung-langsung, menjaga etika berbicara baik secara konten isi dan bahasa perkataan maupun objek yang diajak berbicara. Dalam keseharian sifat Andap Asor terhadap yang lebih tua akan lebih di utamakan, Bahasa Jawa adalah bahasa berstrata, memiliki berbagai tingkatan yang disesuaikan dengan objek yang diajak bicara.

Suku Jawa umumnya mereka lebih suka menyembunyikan perasaan. Menampik tawaran dengan halus demi sebuah etika dan sopan santun sikap yang dijaga. Misalnya saat bertamu dan disuguhi hidangan. Karakter khas seorang yang bersuku Jawa adalah menunggu dipersilahkan untuk mencicipi, bahkan terkadang sikap sungkan mampu melawan kehendak atau keinginan hati. 


 
Suku Jawa memang sangat menjunjung tinggi etika. Baik secara sikap maupun berbicara. Untuk berbicara, seorang yang lebih muda hendaknya menggunakan bahasa Jawa halus yang terkesan lebih sopan.

Berbeda dengan bahasa yang digunakan untuk rekan sebaya maupun yang usianya di bawah. Demikian juga dengan sikap, orang yang lebih muda hendaknya betul-betul mampu menjaga sikap etika yang baik terhadap orang yang usianya lebih tua dari dirinya, dalam bahasa jawa Ngajeni 
Ciri khas Narimo ing pandum adalah salah satu konsep hidup yang dianut oleh Orang Jawa. Pola ini menggambarkan sikap hidup yang serba pasrah dengan segala keputusan yang ditentukan oleh Tuhan. Orang Jawa memang menyakini bahwa kehidupan ini ada yang mengatur dan tidak dapat ditentang begitu saja.
Setiap hal yang terjadi dalam kehidupan ini adalah sesuai dengan kehendak sang pengatur hidup. Kita tidak dapat mengelak, apalagi melawan semua itu. Inilah yang dikatakan sebagai nasib kehidupan. Dan, nasib  kehidupan adalah rahasia Tuhan, kita sebagai makhluk hidup tidak dapat mengelak. Orang Jawa memahami betul kondisi tersebut sehingga mereka yakin bahwa Tuhan telah mengatur segalanya.

 Pola kehidupan orang jawa memang unik. Jika kita mencoba untuk menelusuri pola hidup orang jawa, maka ada banyak nilai positif yang kita dapatkan. Bagi orang jawa, Tuhan telah mengatur jatah penghidupan bagi semua makhluk hidupnya, termasuk manusia. Setiap hari kita melihat banyak orang yang keluar rumah, seperti juga, banyak burung yang keluar sarang untuk mencari penghidupan. Pagi mereka keluar rumah dan sore pulang dengan kondisi yang lebih baik


Urip Ora Ngoyo 

Konsep hidup nerimo ing pandum ( ora ngoyo ) selanjutnya mengisyaratkan bahwa orang Jawa hidup tidak terlalu berambisi. Jalani saja segala yang harus di jalani. Tidak perlu terlalu ambisi untuk melakukan sesuatu yang nyata-nyata tidak dapat di lakukan. Orang Jawa tidak menyarankan hal tersebut.
Hidup sudah mengalir sesuai dengan koridornya. Kita boleh saja mempercepat laju aliran tersebut, tetapi laju tersebut jangan terlalu drastis. Perubahan tersebut hanya sebuah improvisasi kita atas kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Orang Jawa mengatakan dengan istilah jangan ngoyo. Biarkan hidup membawamu sesuai dengan alirannya. Jangan membawa hidup dengan tenagamu!
Bagi orang jawa hidup dan kehidupan itu sama dengan kendaraan. Dia akan membawa kita pada tujuan yang pasti. Orang jawa memposisikan diri sebagai penumpang. Kendaraan atau hiduplah yang membawa mereka menuju kehidupan yang lebih baik. Mereka tidak membawa kendaraan tersebut, melainkan dibawa oleh kendaraan.
Seperti air di dalam saluran sungai, jika mereka mengalir biasa, maka kondisinya aman dan nyaman. Tetapi ketika alirannya dipaksa untuk besar, maka aliran sungai tersebut tidak aman lagi bagi kehidupan. Orang Jawa memahami hal tersebut sehingga menerapkan konsep hidup jangan ngoyo. Ngoyo artinya memaksakan diri untuk melakukan sesuatu.
Jika kita memaksakan diri untuk melakukan sesuatu, maka kemungkinan besar kita akan mengalami sesuatu yang kurang baik, misalnya kita akan sakit. Rasa sakit terjadi karena ada pemaksaan terhadap kemampuan sesungguhnya yang kita miliki.

Ciri khas lain yang tak bisa di tinggalkan adalah sifat Gotong royong atau saling membantu sesama orang di lingkungan hidupnya apalagi lebih kentara sifat itu bila kita bertandang ke pelosok pelosok daerah suku Jawa di mana sikap gotong royong akan selalu terlihat di dalam setiap sendi kehidupannya baik itu suasana suka maupun duka. 

Pola kehidupan orang jawa memang telah tertata sejak nenek moyang. Berbagai nilai luhur kehidupan adalah warisan nenek moyang yang adi luhung. Dan, semua itu dapat kita ketahui wujud nyatanya. Bagaimana eksistensi orang jawa terjaga begitu kuat sehingga sampai detik ini pola-pola tersebut tetap diterapkan dalam kehidupan.
Pola hidup kerjasama ini dapat kita ketemukan pada kerja gotongroyong yang banyak diterapkan dalam masyarakat Jawa. Orang Jawa sangat memegang teguh pepatah yang mengatakan: ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Ini merupakan konsep dasar hidup bersama yang penuh kesadaran dan tanggungjawab.
Kita harus mengakui bahwa kehidupan orang jawa memang begitu spesifik. Dari sekian banyak suku bangsa di Indonesia, bahkan yang ada di dunia, orang Jawa mempunyai pola hidup yang berbeda. Kebiasaan hidup secara berkelompok menyebabkan rasa diri mereka sedemikian dekat satu dengan lainnya, sehingga saling menolong merupakan sebuah kebutuhan.
Mereka selalu memberikan pertolongan kepada orang lain yang membutuhkan pertolongan. Bahkan dengan segala cara mereka ikut membantu seseorang keluar dari permasalahan, apalagi jika sesaudara atau sudah menjadi teman.

Ngajeni Pada Orang Yang Lebih Tua
Dan, yang tidak dapat kita abaikan adalah sikap hidup orang Jawa yang menejunjung tinggi nilai-nilai positif dalam kehidupan. Dalam interaksi antar personal di masyarakat, mereka selalu saling menjaga segala kata dan perbuatan untuk tidak menyakiti hati orang lain.
Mereka begitu menghargai persahabatan sehingga eksistensi orang lain sangat dijunjung sebagai sesuatu yang sangat penting. Mereka tidak ingin orang lain atau dirinya mengalami sakit hati atau terseinggung oleh perkataan dan perbuatan yang dilakukan sebab bagi orang Jawa, ajining diri soko lathi, ajining rogo soko busono artinya, harga diri seseorang dari lidahnya (omongannya), harga badan dari pakaia
Dari berbagai sumber

Read more ...
Saturday, July 21, 2012

FOTO AWAN ANEH BERTENGKER DI PUNCAK GUNUNG LAWU

Gunung Lawu bersosok angker dan menyimpan misteri dengan tiga puncak utamanya : Hargo Dalem, Hargo Dumilah dan Hargo Dumiling yang dimitoskan sebagai tempat sakral di Tanah Jawa. Hargo Dalem diyakini masyarakat setempat sebagai tempat pamoksan Prabu Bhrawijaya Pamungkas, Hargo Dumiling diyakini sebagai tempat pamoksan Ki Sabdopalon, dan Hargo Dumilah merupakan tempat yang penuh misteri yang sering dipergunakan sebagai ajang menjadi kemampuan olah batin dan meditasi.

Di sini penulis tidak akan membahas ke angkeran atau kemistisan dari Gunung Lawu tetapi akan memberikan beberapa buah foto  yang penulis potret saat akan berangkat dari Magetan ke Jogjakarta via Tawangmangu pada saat berbarengan Gunung Merapi meletus pada tahun 2010 kemarin. Pada hari itu cuaca sangat cerah sehingga puncak lawu bisa di lihat dari jarak 15 km cukup jelas.
Silahkan di lihat ke anehan yang menurut penulis sangat aneh karena ada awan yang hanya menutupi sekitaran puncak gunung tersebut dan terkesan seperti pesawat UFO  ( Unidentified Flying Object ) yang bertengker di Puncak Lawu.


Terlepas dari segi mistis yang jelas foto foto di bawah ini telah menunjukkan kepada kita bahwa Gunung Lawu mempunyai fenomena fenomena yang merujuk kepada keangkeran gunung tersebut.


Walahualam hanya Tuhan Yang Mengetahui dan Yang Menguasai alam ini.

Read more ...
Thursday, July 19, 2012

SATRIO PININGIT SUDAHKAH HADIR DI TENGAH TENGAH KITA


Ramalan Jayabaya, adalah ramalan tentang keadaan Nusantara di suatu masa di masa datang. Dalam Ramalan Jayabaya itu dikatakan, akan datang satu masa penuh bencana.


Gunung-gunung akan meletus, bumi berguncang-guncang, laut dan sungai, akan meluap. Ini akan menjadi masa penuh penderitaan. Masa kesewenang-wenangan dan ketidakpedulian. Masa orang-orang licik berkuasa, dan orang-orang baik akan tertindas. Tapi, setelah masa yang paling berat itu, akan datang jaman baru, jaman yang penuh kemegahan dan kemuliaan. Zaman Keemasan Nusantara. Dan jaman baru itu akan datang setelah datangnya sang Ratu Adil, atau Satria Piningit.

Ramalan Jayabaya ditulis ratusan tahun yang lalu, oleh seorang raja yang adil dan bijaksana di Mataram. Raja itu bernama Prabu Jayabaya (1135-1159). Ramalannya kelihatannya begitu mengena dan bahkan masih diperhatikan banyak orang ratusan tahun setelah kematiannya. Bung Karno pun juga merasa perlu berkomentar tentang ramalan ini.

“Tuan-tuan Hakim, apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya dan menunggu-nunggu datangnya “Ratu Adil”, apakah sebabnya sabda Prabu Jayabaya sampai hari ini masih terus menyalakan harapan rakyat ? Tak lain ialah karena hati rakyat yang menangis itu, tak habis-habisnya menunggu-nunggu, mengharap-harapkan datangnya pertolongan. Sebagaimana orang yang dalam kegelapan, tak berhenti-berhentinya menunggu-nunggu dan mengharap-harap “Kapan, kapankah Matahari terbit?”.

Sukarno
, 1930, Indonesia Menggugat

Ramalan Jayabaya ini memang lumayan fenomenal, banyak ramalannya yang bisa ditafsirkan “mirip” keadaan sekarang. Diantaranya :

1. Datangnya bangsa berkulit pucat yang membawa tongkat yang bisa membunuh dari jauh dan bangsa berkulit kuning dari Utara ( jaman penjajahan ).

2. “kreto mlaku tampo jaran”, “Prau mlaku ing nduwur awang-awang”, kereta tanpa kuda dan perahu yang berlayar di atas awan (mobil dan pesawat terbang?)

3. Datangnya jaman penuh bencana di Nusantara (Lindu ping pitu sedino, lemah bengkah, Pagebluk rupo-rupo, gempa 7 x sehari, tanah pecah merekah, bencana macam-macam.

4. Dan ia bahkan (mungkin) juga meramalkan global warming, “Akeh udan salah mongso”, datangnya masa dimana hujan salah musim.

Nah, naik turunnya peradaban sebenarnya sudah banyak dianalisis, bahkan sejak ratusan tahun lalu. Diantaranya oleh Ibnu Khaldun (Muqaddimah, 1337, Wikipedia : Ibn Khaldun), Gibbon (Decline and Fall, 1776), Toynbee (A Study of History), atau Jared Diamond. Intinya sederhana. Manusia atau bangsa, bisa berubah. Manusia bisa lupa, dan sebaliknya juga bisa belajar. Bangsa bisa bangkit, hancur, dan bisa juga bangkit lagi.

Bagaimana dengan Satria Piningit ?
Banyak juga teori tentang manusia-manusia istimewa yang datang membawa perubahan. Di dunia, orang-orang itu sering disebut Promethean”, diambil dari nama dewa Yunani Prometheus yang memberikan api (pencerahan) pada manusia. Toynbee menamakannya Creative Minorities. Tapi mereka bukan sekedar “manusia-manusia ajaib”, melainkan orang-orang yang memiliki kekuatan dahsyat, yaitu kekuatan ilmu, dan kecintaan pada bangsanya, sesama manusia, dan pada Tuhannya. Lihat misalnya berapa banyak hadis Nabi Muhammad tentang pentingnya ilmu. Dan perhatikan lanjutan pidato Bung Karno ini :

“Selama kaum intelek Bumiputra belum bisa mengemukakan keberatan-keberatan bangsanya, maka perbuatan-perbuatan yang mendahsyatkan itu (pemberontakan) adalah pelaksanaan yang sewajarnya dari kemarahan-kemarahan yang disimpan … terhadap usaha bodoh memerintah rakyat dengan tidak memperhatikan dengan sungguh-sungguh keinginan-keinginan dan kepentingan-kepentingan mereka…”

Satria piningit, adalah orang-orang yang peduli pada bangsanya, berilmu tinggi, dan telah memutuskan untuk berbuat sesuatu. Merekalah, dan hanya merekalah yang bisa melawan kehancuran, dan akhirnya membangkitkan peradaban.

Di jaman kegelapan, selalu ada saja orang yang belajar. Diantara banyak orang lupa, selalu ada saja orang baik. Bahkan walau cuma satu orang. Kadang, kerusakan itu justru membakar jiwanya untuk berbuat sesuatu. Belajar, Berjuang, Berkorban. Seperti Nabi Muhammad yang melihat bangsanya hancur, atau Sukarno yang melihat bangsanya diinjak-injak. Mereka lalu berjuang menyelamatkan bangsanya. Promethean, Ratu Adil yang mendatangkan zaman kebaikan.

Ramalan Jayabaya mungkin bisa dipahami secara ilmiah, bahwa manusia dan peradaban memang selalu bisa bangkit, hancur, dan bangkit lagi. Dan mungkin karena Jayabaya menyadari manusia bisa lupa, dia sengaja menulis ini sebagai peringatan agar manusia tidak lupa. Dan itulah satu tanda kearifan sang Prabu Jayabaya.

Mungkin, ini juga dorongan pada manusia agar selalu berbesar hati, optimis. Bahwa di saat yang paling berat sekalipun, suatu hari akhirnya akan datang juga Masa Kesadaran, Masa Kebangkitan Besar, Masa Keemasan Nusantara.

Percaya atau tidak ? Anda tidak perlu percaya, tidak perlu tidak percaya. Bagaimanapun ini adalah cerita yang penuh pesan.
 
 
Read more ...
Tuesday, July 17, 2012

Magetan Jawa Timur Benarkah Ratu Adil Atau Satrio Piningit Akan Muncul Dari Kabupaten Ini...?

Sebagian masyarakat Indonesia meyakini bahwa "Ratu Adil" atau Satrio Piningit ialah sosok pemimpin yang mampu membawa Nusantara atau Bangsa Indonesia menuju negara yang gemah ripah loh jinawi toto tentrem kertoraharjo (kaya sumber daya alam dan subur, aman, tentram, dan sejahtera). Bung Karno Sang Proklamator Bangsa Indonesia pun di suatu kesempatan pernah menyatakan bahwa, kelak suatu saat nanti Bangsa Indonesia akan dipimpin oleh seorang "Ratu Adil" atau Satrio Piningit yang mampu membawa Bangsa Indonesia menuju zaman keemasan.

Bila kita menelisik jauh pada ramalan dari Prabu JOYOBOYO raja Kadiri yang masyhur itu maka judul di atas mungkin tidaklah salah atau benar bahwa nantinya Ratu Adil atau Satrio Piningit akan berasal dari Kabupaten Magetan yang berada di lereng sebelah timur dari Gunung Lawu, Untuk jelasnya penulis akan ambilkan pupuh atau bait yang menguatkan judul diatas yaitu bait ke 161


 
161. 
dunungane ana sikil redi Lawu sisih wetan (letaknya di kaki Gunung Lawu sebelah timur)
wetane bengawan banyu (sebelah timurnya sungai)
andhedukuh pindha Raden Gatotkaca (rumahmya seperti Raden Gatutkaca)
arupa pagupon dara tundha tiga (berupa Pagupon Burung Dara susun tiga)
kaya manungsa angleledha (seperti manusia yang menoleh ke kanan – ke kiri)

Dan bukankah sangat jelas dari segi demografi letak Magetan berada di sebelah Timur Gunung Lawu, di situ di ramalkan dari sikil redi lawu sisih wetan ( Dari Lereng Gunung Lawu Sisi Sebelah Timur ) yang notabene adalah Kab Magetan

SEKELUMIT TENTANG KABUPATEN MAGETAN 


Kabupaten Magetan
Lambang Kabupaten Magetan.jpg
Lambang Kabupaten Magetan
Motto: Memayu Hayuning Bawana Suka Ambangun
Locator kabupaten magetan.png
Peta lokasi Kabupaten Magetan
Koordinat: -
Provinsi Jawa Timur
Dasar hukum -
Tanggal -
Ibu kota Magetan
Pemerintahan


 - DAU Rp. 546.569.392.000,-(2011)
Luas 688,85 km2
Populasi
 - Total 621.000 jiwa (2003)
 - Kepadatan 901,5 jiwa/km2
Demografi
 - Kode area telep0n 0351
Pembagian administratif
 - Kecamatan 19
 - Kelurahan 235
 - Situs web magetan.go.id
Kabupaten Magetan, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Magetan. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Ngawi di utara, Kota Madiun dan Kabupaten Madiun di timur, Kabupaten Ponorogo, serta Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Wonogiri (keduanya termasuk provinsi Jawa Tengah). Bandara Iswahyudi, salah satu pangkalan utama Angkatan Udara RI di kawasan Indonesia Timur, terletak di kecamatan Maospati.
Kabupaten Magetan terdiri atas 19 kecamatan, yang terdiri dari 208 desa dan 27 kelurahan.
Kabupaten Magetan dilintasi jalan raya utama Surabaya-Madiun-Yogyakarta dan jalur kereta api lintas selatan Pulau Jawa, namun jalur tersebut tidak melintasi ibukota Kabupaten Magetan. Satu-satunya stasiun yang berada di wilayah kabupaten Magetan adalah Stasiun Barat terletak di wilayah Kecamatan Barat.
Gunung Lawu (3.265 m) terdapat di bagian barat Kabupaten Magetan, yakni perbatasan dengan Jawa Tengah. Di daerah pegunungan ini terdapat Telaga Sarangan(1000 m dpl), salah satu tempat wisata andalan kabupaten ini, yang berada di jalur wisata Magetan-Sarangan-Tawangmangu-Karanganyar.
Magetan dikenal karena kerajinan kulit (untuk alas kaki dan tas), anyaman bambu, rengginan, dan produksi jeruk pamelo (jeruk bali)serta krupuk lempengnya yang terbuat dari nasi.


 Terlepas dari penafsiran2 diatas bahwa Satrio Piningit atau Ratu Adil memang sangat dan sangat di harapkan kemunculannya oleh Bangsa Indonesia sekarang ini di mana bahwa Tata Kenegaraan yang benar2 sudah rusak di semua sendi masyarakat. Tidak ada kepercayaan masyarakat terhadap pemimpinnya dan tidak ada kepatuhan masyarakat akan hukum2 yang telah di buat negara
Semua sudah dilanggar dan sengaja di langgar baik oleh pembuatnya maupun oleh orang2 yang harus mematuhinya  yaitu rakyat.

Dan bila keadaan ini telah terjadi adalah salah satu unsur yang di ramalkan Prabu Joyoboyo yang akan mengarah akan munculnya Ratu Adil itu.

Apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya dan menunggu-nunggu datangnya "Ratu Adil". Apakah sebabnya sabda Prabu Jayabaya sampai hari ini masih terus menyalakan harapan rakyat? Tak lain ialah karena hati rakyat yang menangis itu tak habis-habisnya menunggu-nunggu, mengharap-harapkan, datangnya pertolongan. Sebagaimana orang yang dalam kegelapan tak berhenti-berhentinya menunggu-nunggu dan mengharap-harap. "Kapan, kapankah matahari terbit?"
 Apakah kita Bangsa Indonesia boleh berharap akan datangnya "Ratu Adil" atau Satrio Piningit sebagai pemimpin yang masih tersembunyi dan siapa sebenarnya "Ratu Adil" atau Satrio Piningit itu?
Akankah segera Terbit Matahari itu yang  akan menerangi dan membawa kemakmuran rakyat Indonesia ini.




Hanya Allah yang maha tahu, yang menguasai alam semesta dan segala isi dan segala rahasia yang terkandung di dalamnya.

Semoga dan Semoga Indonesia ke depan benar benar mengalami masa keemasan dan kemashurannya. Inilah harapan dari kaum papa dan rakyat jelata yang ada di bumi Magetan khususnya dan Indonesia Umumnya.






Tulung, Seloso Pahing 17 Juli 2012



Read more ...